Tempat Shalat di Masjid al-Aqsha

by admin
5402 views

Dr. Saiful Bahri M A,

Ensiklopedia Mini Masjid al-Aqsha

Keseluruhan tempat yang berada di dalam pagar masjid dinamakan Masjid Al-Aqsha, walaupun tempat tersebut tidak beratap. Karena tidak semua kawasan Masjid Al-Aqsha itu beratap. Setiap orang yang shalat di sudut-sudut Masjid Al-Aqsha tetap mendapatkan pahala lebih banyak dibanding tempat lain. Di dalam Masjid Al-Aqsha terdapat beberapa tempat shalat yang beratap. Berikut gambar dan posisi tempat tersebut:

  1. Masjid Al-Qibli

Masjid Al-Qibli atau disebut dengan Al-Jami’ Al-Qibli. Orang mengenalnya dengan sebutan Masjid al-Aqsha, padahal sebutan itu tidak tepat karena ia merupakan salah satu bagian dari Masjid al-Aqsha yang terdiri dari tanah dan bangunan. Berada di sebelah selatan Masjid al-Aqsha (arah kiblat). Karena posisinya arah kiblat, maka dinamakan dengan Al-Qibli. Masjid al-Qibli didirikan oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Bani Umayyah dan disempurnakan pada masa anaknya Al-Walid bin Abdul Malik antara tahun 86-96 H./705-714 M. Ketika dibangun pertama kali, masjid ini mempunyai 15 ruwak (lorong), kemudian diperbaharui setelah terjadi gempa pada masa dinasti Fathimiyah oleh Az-Zahir li I‘zazi Dinillah menjadi 7 ruwak, seperti sekarang ini.

Sejarah awalnya, ketika Khalifah Umar bin Khathab datang ke al-Quds untuk membebaskan Baitul Maqdis tahun 15 H./636 M. beliau bertanya kepada Ka’bu Al-Ahbar tentang tempat yang baik untuk mendirikan tempat shalat? Ka’bu Al-Ahbar menjawab: Menghadap ke ash-Shakhrah, sehingga dapat menghimpun kiblat Nabi Musa dan Nabi Muhammad. Tapi Umar menolak usul ini dan lebih memilih tempat yang sekarang dibangun Masjid Al-Qibli. Kemudian Umar membangun masjid yang dikenal dengan Jami’ Umar (Masjid Umar).

Bahan bangunan masjid terdiri dari kayu dan batang pohon sebagaimana Masjid Nabawi dahulu. Ketika itu dapat menampung 1000 jama’ah. Kemudian diperbaharui dan diperluas oleh Khalifah Mu’awiyah bin Sufyan sehingga dapat menampung 3000 jama’ah. Ketika tentara salib menguasai al-Quds, mereka membagi Masjid al-Qibli menjadi tiga bagian: Pertama, dijadikan sebagai kantor komando pimpinan tentara  salib. Kedua, Masjid al-Qibli dijadikan tempat tinggal pasukan berkuda dan ketiga, dijadikan gereja. Ketika Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskan al-Quds pada tahun 583 H./1187 M., beliau mengembalikan fungsi Masjid al-Qibli sebagaimana sebelumnya.

Masjid al-Qibli sering direnovasi pada beberapa masa pemerintahan Islam, diantaranya pada masa Mameluk, masa Utsmami dan ketika awal penjajahan Inggris atas tanah Palestina. Terdiri dari satu ruwak besar di tengah dan tiga ruwak masing-masing di sisi kanan dan kirinya. Masjid al-Qibli memiliki satu kubah besar yang terbuat dari kayu di sisi dalamnya dan dilapisi timah di sisi luarnya, dengan tinggi 17 meter. Panjang masjid ini mencapai 80 meter dan lebarnya 55 meter. Luasnya mencapai 4000 meter persegi. Di dalamnya terdapat 11 pintu masuk dan pada saat ini dapat menampung 5500 jama’ah.

  1. Masjid Al-Aqsha Al-Qadim

Masjid Al-Aqsha Al-Qadim: Biasa disebut Masjid Al-Qadim. Merupakan bangunan kuno tepat di sebelah selatan Masjid al-Aqsha dan di bawah Masjid Al-Qibli. Masjid ini dibangun pada masa Umawiyah, terdiri dari dua ruwak (lorong). Lorong ini mengarah ke pintu Al-Muzdawij, pintu di selatan Masjid al-Aqsha yang sudah ditutup. Dari pintu Al-Muzdawij ini bisa langsung ke istana Umawiyah di selatan masjid. Tujuan pembangunan Masjid Al-Qadim adalah untuk meratakan sisi selatan halaman al-Aqsha agar sama rata dengan sisi utara. Selama berabad-abad, Masjid Al-Qadim tidak terurus dan banyak debu serta batu hingga dibuka kembali pada tahun 1420 H./1999 M oleh Yayasan al-Aqsha untuk pembangunan kota suci. Masjid ini dapat menampung 1000 jama’ah shalat di dalamnya.

  1. Mushalla Al-Marwani

Mushalla Al-Marwani: Berada di sebelah tenggara Masjid al-Aqsha. Dibangun pada masa Umawiyah dengan tujuan agar halaman sisi selatan dan utara Masjid al-Aqsha sama rata. Oleh karenanya, dulu bangunan ini dikenal dengan nama “Taswiyah Syarqiyah” (Pemerataan Tanah Bagian Timur). Bangunan besar ini mempunyai luas lebih dari 4000 m². Mushalla ini terdiri dari 16 ruwak (lorong). Ini merupakan tempat shalat beratap terbesar yang ada di Masjid al-Aqsha. Tentara salib menjadikan mushalla ini sebagai kandang kuda hingga Shalahuddin membebaskannya. Ketika Shalahuddin membebaskannya, beliau mengembalikan peran bangunan ini ke aslinya, yaitu sebagai tempat pemerataan antara sisi utara dan selatan Masjid al-Aqsha dan sebagai tempat penyimpanan (gudang) hingga zionis menjajah kawasan Masjid al-Aqsha.

  1. Masjid Al-Buraq

Masjid Al-Buraq: Masjid ini terletak di barat daya masjid al-Aqsha dan berada di bawah pintu Al-Magharibah. Untuk memasukinya melalui tangga turun dari ruwak gharbi (lorong barat). Terdapat 38 anak tangga menuju ke bawah. Masjid ini terbuka pada hari Jum’at untuk ziarah. Dinamakan Al-Buraq, karena tempat tersebut diyakini adalah tempat Nabi Muhammad meletakkan kendaraannya Buraq pada malam isra’ dan mi’raj. Di dalamnya terdapat ‘halqah’ (lingkaran besi) Utsmaniyah, yang disebutkan disinilah letak Nabi mengikatkan kendaraannya pada malam tersebut. Di sisi barat masjid, dulunya terdapat pintu yang dinamakan pintu Al-Buraq. Pintu ini sudah ditutup setelah masa Umawiyah. Pintu ini bisa langsung mengakses ke halaman buraq yang berada di luar Masjid al-Aqsha.

  1. Masjid Al-Magharibah

Masjid Al-Magharibah: Berada di sudut barat daya Masjid al-Aqsha atau sebelah selatan dinding Al-Buraq. Masjid ini mempunyai dua pintu: sebelah utara (sekarang tertutup) dan sebelah timur (terbuka). Masjid ini dibangun oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 590 H./1193 M. ketika itu dipakai sebagai tempat shalat mazhab Imam Malik. Saat ini, Masjid Al-Magharibah dipakai sebagai ruangan utama museum Islam. Museum ini difungsikan sejak tahun 1929 M., yang merupakan perpindahan dari Rabat pada masa al-Manshury ke masjid ini.

  1. Masjid An-Nisa’

Masjid An-Nisa’: Berada di dalam Masjid al-Aqsha. Merupakan bangunan besar di sisi barat Masjid Al-Qibli, terbentang hingga dinding barat Masjid al-Aqsha. Ada yang mengatakan, dibangun pada masa tentara salib menguasai Masjid al-Aqsha untuk dijadikan gereja di dalam masjid. Kemudian datang Shalahuddin dan membersihkan tempat tersebut serta menjadikannya tempat shalat untuk perempuan. Saat ini Masjid An-Nisa’ dibagi menjadi tiga bagian: pertama, untuk tambahan bangunan museum yang berada di paling barat masjid, kedua untuk perpustakaan umum yang berada di tengah, dan ketiga untuk gudang (menempel di dinding Masjid Al-Qibli).  

  1. Masjid Kubah ash-Shakhrah

Masjid Kubah ash-Shakhrah adalah salah satu situs bangunan Islam terkenal di dunia. Dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86 H./685-705 M.). Pembangunannya dimulai pada tahun 66 H./685 M. selesai pada tahun 72 H./691 M. Pembangunan ini dikepalai oleh dua orang arsitek pada masa tersebut: Roja’ bin Hiwah al-Kanadi, seorang tabi’in yang berasal dari kota Bisan-Palestina dan Yazid bin Salam, anak asuh Abdul Malik bin Marwan, seorang arsitek bangunan dari tanah al-Quds. Bangunan persegi delapan ini di antara bangunan yang paling bagus. Berada di tengah-tengah jantung Masjid al-Aqsha. Di tengah bangunan ini terdapat ash-Shakhrah al-Musyarrafah (batu yang dimuliakan). Posisi ash-Shakhrah berada di ketinggian 1,5 meter dari tanah dan bentuknya tidak beraturan.

Related Articles