Mimbar di Masjid Al-Aqsha

by admin
5133 views

Mimbar adalah salah satu landmark yang berada di masjid Al-Aqsha. Bahkan bukan masjid Al-Aqsha saja tapi disetiap masjid terdapat mimbar. Setiap mimbar mempunyai sejarah dan kisah yang berkaitan dengan masjid tersebut. Mimbar difungsikan sebagai tempat untuk khatib menyampaikan khutbah. Mimbar di masjid Al-Aqsha ada dua yaitu mimbar Nuruddin dan Burhanuddin. Dari namanya menggambarkan sejarah pembuatnya. Bahkan kedua-duanya berkaitan dengan “Din” (agama). 

Mimbar Nuruddin Zanky

Mimbar ini sangat terkenal bukan hanya karena terletak di masjid Al-Aqsha tapi juga karena sejarahnya yang berkaitan dengan proses pembebasan, kemuliaan dan harga diri umat. Oleh karenanya, mimbar ini terus berada hampir 800 tahun dari sejak dibebaskannya pada masa Shalahuddin tahun 1187 M. hingga dibakarnya tahun 1969 M.  

Mimbar ini dibuat dengan proses penyambungan antara bagian kayu yang didekorasi ornament indah dengan bagian lain, tanpa menggunakan paku atau lainnya. Proses penyambungan ini terkenal di tempat pembuatannya, di kota Halb-Syiria. Memang, mimbar ini diniatkan ketika membuatnya untuk ditempatkan di masjid Al-Qibli yang berada di masjid Al-Aqsha. 

Mimbar Nuruddin juga dikenal dengan mimbar Shalahuddin. Walaupun penamaan ini kurang tepat karena Shalahuddin tidak membuatnya tapi Nuruddin, pemimpin Islam sebelumnya. Sejarahnya, Al-Malik Al-‘Adil Nuruddin Mahmud Zanky memerintahkan pembuatan mimbar untuk diletakkan di masjid Al-Aqsha setelah pembebasannya dari tangan tentara salib. Ketika itu tahun 564 H./1168 M. atau 19 tahun sebelum dibebaskannya masjid Al-Aqsha. Tapi beliau wafat sebelum peristiwa itu terjadi. Maka, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi ketika membebaskan al-Quds dan mengetahui bahwa Nuruddin telah membuat mimbar untuk diletakkan di masjid Al-Aqsha, beliau memerintahkan untuk membawa mimbar tersebut dari Halb ke al-Quds. Beliau memasukkan dan meletakkannya di masjid Al-Qibli untuk dijadikan sebagai mimbar utama masjid Al-Aqsha. 

Kini, mimbar tersebut sudah diganti dengan mimbar lain. Karena pada tanggal 21 Agustus 1969 terjadi pembakaran masjid Al-Aqsha oleh Denis Michael Rohan, seorang zionis asal Australia. Pembakaran ini juga mengakibatkan mimbar Nuruddin hancur kecuali sedikit dari bagiannya yang masih utuh. Bagian tersebut diletakkan di museum masjid Al-Aqsha dan diganti dengan mimbar sementara yang terbuat dari besi. Sejak saat itu, hilanglah symbol kemenangan dan kemuliaan dari masjid Al-Aqsha. 

Setelah 38 tahun masjid Al-Aqsha menggunakan mimbar sementara yang terbuat dari besi, kini sudah ada pengganti yang bentuknya persis dari mimbar Nuruddin. Adalah Al-Malik Husein bin Talal, Raja Yordania yang memerintahkan pembuatan kembali mimbar pada tahun 1993. Kemudian Al-Malik Abdullah Kedua bin Al-Husein membiayai seluruh kebutuhan dari mimbar ini, hingga selesailah pembuatannya pada tahun 2007. Bentuknya mirip dengan mimbar asli yang dibuat oleh Nuruddin Zanky. 

Fahmi Al-Anshari menulis dalam bukunya “Mimbar Nuruddin” dan mengatakan bahwa terdapat tulisan dalam mimbar ini yang terbagi menjadi dua: 

  1. Tulisan sejarah pembuatannya. Tulisan ini berada di sebelah kiri ketika khatib naik mimbar. Tulisannya berbunyi: 

” بسم الله الرحمن الرحيم ، أمر بعمله العبد الفقير الى رحمته الشاكر لنعمته المجاهد فى سبيله المرابط لإعلاء دينه الملك العادل نور الدين ركن الإسلام والمسلمين منصف المظلومين من الظالمين أبو القسم محمود بن زنكى بن آق سنقر … فى شهور سنة أربع وستين وخمسمائة. “

“Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maya Penyayang. Memerintahkan pekerjaannya oleh Hamba yang butuh rahmat-Nya, yang bersyukur atas nikmat-Nya, yang berjuang di jalan-Nya, yang beribadah untuk meninggikan agama-Nya, Al-Malik Al-‘Adil Nuruddin, pondasi Islam dan Muslimin, yang berbuat adil kepada orang-orang yang dizalimi dari tangan-tangan orang zalim, Abu Al-Qasam Mahmud bin Zanky bin ‘Aq Sanqar… pada tahun 564 H.” 

  1. Tulisan ayat Al-Qur’an. Tulisan ini berada di sebelah kanan ketika khatib naik mimbar. Tulisannya berbunyi: 

(إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ) “النحل 90”.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berbuat adil dan kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl: 90)

  1. Di pintu mimbar terdapat tulisan nama-nama orang yang ikut serta dalam pembuatannya. Mereka adalah Ibnu Zafir Al-Halabi, Sulaiman bin Ma’ali, Humaid bin Zafir dan Fadhail serta Abu Al-Hasan, keduanya anak dari Yahya Al-Halabi. 

Mimbar Burhanuddin 

Mimbar yang diatasnya terdapat kubah. Mimbar ini dikenal dengan nama Mimbar Burhanuddin, dinisbatkan kepada Qadhi Burhanuddin bin Jama’ah, yang membangunnya pada tahun 790 H./1388 M. pada masa Mameluk. Berada di sebelah selatan pelataran kubah Ash-Shakhrah, menempel dengan baikah selatan (baikah janubiyah). Kubah yang berada di atanya dinamakan kubah Mizan, karena istilah baikah di masjid Al-Aqsha juga disebut dengan mizan. Maka kubah ini dinamakan dengan kubah Mizan. 

Bangunan mimbar diperbaharui pada masa kesultanan Utsmani oleh Sultan Abdul Majid bin Mahmud Kedua, yaitu pada tahun 1259 H./1843 M. Kemudian direnovasi kembali pada akhir tahun 2000 M oleh sekelompok pelajar Italia, melalui jalur Kantor Wakaf Islam. Dulunya, di tempat mimbar ini terdapat mimbar yang terbuat dari kayu. Mimbar ini dibangun pada masa Shalahuddin. Tapi kemudian mimbar ini diganti ketika masa Mameluk dengan bahan dari batu dan dekorasi yang indah. Karena Mameluk terkenal dengan sentuhan dekorasi dan ornamentnya. Supaya bangunan ini bisa tahan lebih lama dengan keindahan dan kelebihannya. 

Bangunan mimbar terdiri dari pintu masuk yang terbuat dari marmer. Di atas pintu terdapat lengkungan yang berdiri kokoh di atas dua tiang dari marmer. Dimulai dari tiang itu terdapat tangga menuju tempat duduk khatib. Di atas tempat duduk ini terdapat kubah kecil yang dinamakan kubah Mizan. Kubah ini berdiri kokoh di atas enam tiang dari marmer. Mimbar ini juga dikenal dengan nama mimbar Shaif (musim panas) karena terletak di tempat terbuka. Dan hanya di musim panas saja mimbar ini digunakan atau ketika cuaca bersahabat. Mimbar ini difungsikan untuk penyampaian ceramah, khutbah, ta’lim. Juga dipakai khutbah ketika perayaan ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha serta khutbah ketika shalat Istisqa’ (minta hujan). Beberapa shalat sunnah yang terdapat khutbah disana dan dilakukan secara berjama’ah, akan dipusatkan di tempat ini. Karena hanya tempat inilah yang terdapat mimbar.

Related Articles