Masjid Al-Aqsa Al-Mubarak terletak di bahagian tenggara bandar Al-Quds (yang dinamakan pada hari ini sebagai Bandar Lama). Al-Aqsa merupakan nama bagi seluruh kawasan yang dikelilingi oleh pagar Masjid Al-Aqsa.
Masjid ini didirikan di atas anak bukit yang tinggi dinamakan Bukit Al-Aqsa. Turut dinamakan oleh sumber rujukan barat sebagai Moriah Mount (Bukit Moriah). Bukit tersebut berkongsi sempadan timur dan sempadan selatannya dengan sempadan timur dan sempadan selatan Bandar Lama Al-Quds. maka ianya termasuklah juga ruang solat yang terdapat di dalamnya seperti Masjid Al-Qibli dan Kubah As-Sakhra, ditambah juga dengan 200 mercu tanda dan bangunan lain yang terletak di sempadannya (pagar Al-Aqsa) seperti ruang-ruang solat, bangunan, kubah, saluran air, platform (Mastabah), kawasan koridor, sekolah, mihrab, mimbar, menara azan, pintu-pintu, telaga dan perpustakaan.
Masjid Kubah ash-Shakhrah adalah salah satu situs bangunan Islam terkenal di dunia. Dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86 H./685-705 M.). Pembangunannya dimulai pada tahun 66 H./685 M. selesai pada tahun 72 H./691 M. Bangunan persegi delapan ini di antara bangunan yang paling bagus. Berada di tengah-tengah jantung Masjid al-Aqsha. Di tengah bangunan ini terdapat ash-Shakhrah al-Musyarrafah (batu yang dimuliakan).
Masjid Al-Qibli atau disebut dengan Al-Jami’ Al-Qibli. Orang mengenalnya dengan sebutan Masjid al-Aqsha, padahal sebutan itu tidak tepat karena ia merupakan salah satu bagian dari Masjid al-Aqsha yang terdiri dari tanah dan bangunan. Berada di sebelah selatan Masjid al-Aqsha (arah kiblat). Karena posisinya arah kiblat, maka dinamakan dengan Al-Qibli.
Menara ini dinamakan juga Menara Al-Fakhriyah, karena dibangun oleh al-Qadhi Syarafuddin Abdurrahman bin Ash-Shahib Fakhruddin Al-Khalili pada masa Sultan Malik Sa’id Muhammad Nasiruddin Barkah Khan (676-678 H./1277-1280 M.) dari Kesultanan Mamalik al-Bahriyah. Menara ini dibangun pada tahun 677 H./ 1278 M. dengan bentuk seperti saat ini. Bagian atas pernah hancur akibat gempa bumi tahun 1922 M, kemudian dibangun kembali pada tahun yang sama.
Menara ini dinamakan juga Menara Mahkamah karena berdampingan dengan madrasah Tankaziyah yang berubah menjadi gedung mahkamah (peradilan) pada masa kesultanan Turki Utsmani. Dibangun pada masa Mamalik tahun 730 H./1329 M. oleh Amir Saifuddin Tankiz an-Nashiri pada masa Sultan Malik Nashir Muhammad bin Qalawun dari kesultanan ketiga Turki Utsmani (709-741 H./1309-1340 M.) dengan bentuk bangunan seperti saat ini.
Menara ini berada di timur laut dari Masjid al-Aqsha, di sudut pertemuan antara pagar utara dan barat masjid. Nama Al-Ghawanimah diambil dari kampung yang beradai di sekitar pintu tersebut. Dinamakan juga Menara Qalawun dan Menara As-Sarai pada masa Mameluk. Menara ini dibangun pada masa Mamalik tahun 697 H./ 1297 M. oleh al-Qadhi Syafafuddin Abdurrahman bin Ash-Shahib al-Wazir Fakhruddin al-Khalili, yang membangun menara al-Fakhriyah.
Aqsha. Ini adalah satu-satunya menara masjid di utara Masjid al-Aqsha. Dibangun pada masa Mameluk tahun 769 H./ 1376 M. oleh Al-Amir Saifuddin, pengawas dua kota suci (al-Quds dan al-Khalil) ketika Sultan Malik Asyraf Sya’ban bin Hasan bin Sultan Malik Nasir bin Muhammad bin Qalawun memerintah. Informasi tersebut terukir di menara.
Kubah As-Silsilah dibangun oleh Abdul Malik bin Marwan pada tahun 65-68 H./685-688 M. Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang sebab asal muasal pembangunannya, tapi kebanyakan mengatakan bahwa ia dibangun sebagai tempat untuk memonitor pembangunan kubah Ash-Shakhrah dan sebagai miniatur awal kubah ash-Shakhrah. Kubah ini berada di sebelah timur dari kubah ash-Shakhrah dengan jarak tiga meter.
Berada di depan pintu Al-Mitharah atau di sebelah barat dari Baikah Gharbiyah (lengkung barat). Dibangun oleh Al-Malik Al-Asyraf Abu An-Nashr Inal pada tahun 680 H. Kemudian dihancurkan dan dibangun kembali oleh Al-Asyraf Qaitbay pada tahun 887 H./1482 M. dan namanya dinisbatkan kepadanya. Kembali direnovasi pada tahun 1330 H./1912 M. pada masa Sultan Utsmani Abdul Majid Kedua. Bangunannya sangat tinggi dan indah. Terbuat dari batu-batu berwarna di dalamnya.
The Supreme Judge Burhan Ad-Din bin Jamaa’ ordered building the marble pulpit in 709 AH/1309 AC to replace a small portable one made of wood.
Berada di pelataran kubah ash-Shakhrah sebelah barat laut, atau tepatnya antara kubah Syaikh Al-Khalily dengan kubah ash-Shakhrah terdapat kubah Al-Mi’raj dan kubah An-Nabi.
Pintu Al-Ghawanimah: Ini adalah pintu pertama pada ruwak gharbi (lorong barat). Posisinya berada di sebelah timur laut dari Masjid al-Aqsha. Didirikan pada masa Umawiyah, dan pintu ini juga dikenal dengan sebutan pintu al-Walid, dinisbatkan kepada al-Walid bin Abdul Malik. Diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah tahun 707 H./1307 M. ketika mulai dibangun lorong barat. Pintu ini agak kecil, bentuknya persegi panjang.
Pintu An-Nazir: Diantara nama lain dari pintu ini adalah pintu al-Habs, yang artinya penjara. Dinamakan dengan pintu al-Habs karena dekat dengan penjara pada masa kesultanan Turki. Nama lainnya adalah pintu al-Majlis. Pintu ini terletak di sebelah barat Masjid al-Aqsha. Telah diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah pada tahun 600 H./1203 M.
Pintu Al-Hadid: Posisi pintu ini berada di sebelah barat Masjid al-Aqsha. Pintu ini adalah salah satu dari beberapa pintu yang merupakan cabang dari jalan bab al-‘Amud, salah satu jalan masuk benteng al-Quds. Dinamakan juga pintu Argun karena diperbaharui pada masa Amir Argun yang wafat tahun 758 H./1356 M. Argun dalam bahasa arab berarti al-Hadid (Besi).
Pintu Al-Qatanin: Berada di sebelah barat dari Masjid al-Aqsha. Diantara pintu masjid yang paling utama dan paling besar, sejajar dengan pasar Qathanin. Ketika Sultan Mameluk Muhammad Qalawun berkuasa, ia memerintahkan gubernurnya al-Amir Saifuddin an-Nashiri untuk merenovasi pintu ini pada tahun 737 H./1333 M.
Pintu Al-Mitharah: Berada di sebelah barat Masjid al-Aqsha, yang mengarah langsung ke tempat wudhu. Oleh karenanya dinamakan pintu al-Mitharah yang artinya pembersihan. Pintu ini termasuk pintu lama sebagaimana pintu-pintu lainnya. Diperbaharui pada masa pemerintahan Mamalik tahun 665 H./1266 M. oleh al-Amir Adaghidi, atau tahun 666 H./1267 M oleh al-Amir Alauddin al-Bashiri.
Pintu As-Silsilah: Berada di sebelah barat Masjid al-Aqsha, yang beririsan dengan lorong barat. Sebagian orang mengatakan pintu ini ada dua, bukan satu. Pintu pertama dinamakan As-Silsilah (rantai) karena diyakini dulunya terdapat rantai yang tergantung di pintu. Pintu kedua dinamakan As-Sakinah. Pintu kedua ditutup, dibuka hanya dalam kondisi darurat.
Pintu As-Silsilah: Berada di sebelah barat Masjid al-Aqsha, yang beririsan dengan lorong barat. Sebagian orang mengatakan pintu ini ada dua, bukan satu. Pintu pertama dinamakan As-Silsilah (rantai) karena diyakini dulunya terdapat rantai yang tergantung di pintu. Pintu kedua dinamakan As-Sakinah. Pintu kedua ditutup, dibuka hanya dalam kondisi darurat.
Pintu Al-Magharibah: Pintu ini juga dikenal dengan sebutan pintu An-Nabi atau pintu Al-Buraq. Karena diyakini, melalui pintu ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam Masjid al-Aqsha ketika malam isra’. Sedangkan dinamakan dengan pintu Al-Magharibah, karena pintu ini mempunyai akses langsung ke perkampungan orang-orang Maroko (Morocco distric).
Pintu ini berada diantara pintu Hittah dan pintu Ghawanimah di sebelah utara Masjid al-Aqsha. Orang-orang Bait al-Maqdis menamainya dengan Al-Atam, yang berarti gelap. Ada beberapa nama lain dari pintu ini, diantaranya pintu Raja Faisal, dinisbatkan kepada raja Faisal bin Husain, raja Syiria yang datang ke Mal-Aqsha pada tahun 1930 M. melalui pintu ini.
Pintu ini berada diantara pintu kuno masjid yang terletak di sebelah utara, di lorong utara. Posisinya diantara madrasah al-Karimiyah dan madrasah at-Turbah al-Auhadiyah. Diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah tahun 617 H./1220 M. ketika al-Malik al-Mu’adzam Isa berkuasa.
Pintu ini terletak di sebelah utara paling kiri Masjid al-Aqsha. Diperbaharui pada masa pemerintahan Ayyubiyah tahun 610 H./1213 M. ketika ada renovasi lorong utara dan diperbaharui juga pada masa-masa selanjutnya. Pada pojok pintu bagian dalam terdapat tangga yang terkoneksi langsung ke lorong utara, sedangkan pintu bagian luar masjid berbentuk persegi panjang melengkung yang runcing dengan lebar sekitar 2 meter dan mempunyai tinggi 4 meter.
Pintu Al-Janaiz terletak di bahagian Timur dinding Masjid Al-Aqsa. Ia merupakan salah satu pintu yang tertutup. Dinamakan dengan nama ini kerana jenazah-jenazah para Muslimin yang keluar daripada Masjid Al-Aqsa akan melaluinya untuk menuju ke perkuburan Rahmah di bahagian timur Masjid Al-Aqsa.
Pintu Al-Janaiz: Pintu ini berada di sebelah timur Masjid al-Aqsha. Pagar masjid sebelah timur juga merupakan pagar (benteng) kota al-Quds. Di pagar ini hanya ada dua pintu, yaitu pintu Al-Janaiz dan pintu Ar-Rahmah. Pintu Al-Janaiz khusus digunakan untuk membawa janazah dari masjid ke makam rahmah, di samping masjid.
Dar Al-Hadits Al-Sharif dimulai dengan aktivitas yang luar biasa di dalam Masjid Al-Aqsa, dan pertama kali didirikan oleh Syekh Jamil Hamami pada tahun 1981 M.
Ada banyak mihrab yang ditempatkan di dalam masjid, kubah, masthabah dan di halaman Masjid al-Aqsa. Ini berfungsi sebagai penanda arah kiblat ke jemaah sekaligus untuk menentukan wilayah imam.
Kubah al-Mi’raj adalah salah satu kubah yang berada di pelataran kubah ash-Shakhrah ke arah barat laut. Kubah ini dibangun oleh Al-Amir Al-Isfisihlar Izzuddin, Gubernur al-Quds pada masa kesultanan Ayyubiyah tahun 597 H./1201 M. Tujuan dibangunnya kubah ini adalah untuk mengenang mi’raj nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bangunan kubah ini berbentuk persegi delapan dengan satu mihrab di arah kiblat.
Berada di pelataran kubah ash-Shakhrah sebelah barat laut, tepatnya di dekat baikah barat laut dan menempel dengan dinding tangganya. Didirikan pada abad ke-10 hijriah atau abad ke-16 masehi, yaitu pada masa Utsmaniyah. Ada yang mengatakan, Nabi Khidhr pernah mengimami shalat di tempat ini karena tempat di bawah kubah ini adalah tempat untuk berdzikir, berdoa, menuntut ilmu dan beri’tikaf.
It was built by the commander of al-Quds Brigade, Muhammad Bek, in 974AH /1567AD. The hermitage contains two floors; on the upper floor, there are two rooms, the Eastern is used as a room for the guards of the mosque, and the Western as the office of the imams of Al-Aqsa Mosque
Kubah ini berada di pelataran kubah ash-Shakhrah sebelah barat laut atau di depan pos jaga Masjid al-Aqsha. Tidak diketahui mengapa dinamakan dengan kubah Al-Arwah? Ada yang mengatakan bahwa nama tersebut dinisbatkan kepada hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyatakan bahwa tanah ini adalah tanah tempat dikumpulkannya dan dibangkitkannya arwah manusia. Kubah ini dibangun pada masa Utsmaniyah.
Sabil ini berada di sebelah barat laut dari halaman masjid al-Aqsha. Dibangun pada masa kesultanan Ayyubiyah tahun 613 H./1216 M. atas perintah Al-Malik Al-Mu’azham Isa bin Malik Abu Bakar bin Ayyub. Direnovasi pada masa Mameluk oleh Al-Malik Al-Asyraf Barsbay pada tahun 833 H./1429 M. Kemudian direnovasi kembali pada tahun 1037 H./1627 M. oleh Biram Basya, seorang Gubernur Mesir pada masa Gubernur al-Quds Muhammad Basya berkuasa.
Nama lainnya adalah Sabil Al-Habs, Sabil Pintu An-Nazir dan Bi’r Ibrahim Ar-Rumy. Berada di timur laut pintu An-Nazir di dalam masjid Al-Aqsha. Didirikan pada masa Sultan Mameluk Al-Asyraf Barsbay pada tahun 839 H./1436 M. Saat ini sabil sudah direnovasi dan difungsikan oleh Urusan Pembangunan Masjid Al-Aqsha sebagai tempat pendinginan air.
Kubah ini berada di pelataran ash-Shakhrah, yaitu antara mimbar Burhanuddin dan kubah An-Nahwiyah (sebelah selatan kubah ash-Shakhrah). Didirikan oleh Gubernur al-Quds pada masa Umawiyah yang bernama Yusuf pada tahun 1092 H./1681 M. Ketika orang menisbatkan nama kubah ini kepada Nabi Yusuf, maka dapat dipastikan orang tersebut salah, karena di dalam kubah ini terdapat plang tulisan yang ditulis oleh Shalahuddin Yusuf bin Ayyub dan diletakkan pada dinding kubah ini.
Kubah an-Nahwiyah berada di sebelah barat daya dari pelataran ash-Shakhrah. Dibangun oleh al-Malik Syarafuddin Abu Mansur Isa al-Ayyubi pada tahun 604 H./1207 M. sebagai tempat untuk pendidikan dan pengajaran ilmu sharaf dan nahwu. Nama kubah ini dinisbatkan dengan fungsinya. Bangunan ini terdiri dari 3 ruang di dalamnya, dan di salah satu ruang sebelah barat terdapat kubah diatasnya.
Sabil ini berada diantara madrasah Al-Asyrafiyah di sebelah barat dan pelataran ash-Shakhrah di sebelah timur. Dinamakan juga sabil Al-Mahkamah. Dibangun oleh Gubernur al-Quds ketika itu, Qasim Basya pada tahun 933 H./1527 M. yaitu pada pemerintahan kesultanan Utsmani Sulaiman Al-Qanuni. Bangunan sabil ini berbentuk persegi delapan, dengan menuruni beberapa anak tangga.
Kubah Musa berada di pelataran barat Masjid al-Aqsha, antara pintu As-Silsilah di barat dan kubah An-Nahwiyah di timur. Dibangun oleh al-Malik Najmuddin Ayyub pada tahun 647 H./1249 M. Nama kubah ini diambil dari salah satu guru yang pernah mengajar di sana, atau juga bisa dinisbatkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salam. Kubah ini dinamakan juga dengan kubah asy-Syajarah karena dulunya banyak pohon rindang di sekitarnya.
Sabil ini berada di sebelah timur dari pintu Al-Magharibah, atau lebih tepatnya berada di sebelah tenggara masthabah Al-Buraq. Sejarah pembangunannya kembali kepada masa Utsmani. Sabil ini sudah tidak berfungsi lagi.
Berada di dalam Masjid al-Aqsha, sebelah barat dari Jami’ Al-Qibli atau di depan museum Islam (Masjid Al-Magharibah). Dinamakan seperti ini karena pendirinya adalah Gubernur yang bernama Yusuf. Didirikan pada tahun 1092 H./1681 M. Bangunan kubah ini berbentuk ruangan persegi empat yang diatasnya terdapat kubah.
Berada di sebelah barat daya pintu al-Atam (Pintu Raja Faisal), tepatnya di halaman tengah bagian utara Masjid al-Aqsha. Dinamakan kubah Sulaiman karena dinisbatkan kepada Sulaiman bin Abdul Malik, salah seorang khalifah Umawiyah yang menjadi pemimpin antara tahun 96-99 H. atau sebelum Khalifah Umar bin Abdul Aziz naik tahta. Walaupun sebenarnya kubah ini dibangun pada masa Ayyubiyah tahun 600 H./ 1203 M. dan kembali direnovasi pada masa kesultanan Utsmaniyah.
Kubah ini berada di sebelah tenggara pintu Al-Atam (pintu Raja Faisal). Didirikan pada masa Sultan Mahmud kedua dari kesultanan Utsmani. Itu terjadi pada tahun 1233 H./1817 M. Dipakainya nama kubah ini karena kebiasaan para guru tarekat sufi yang berkumpul untuk mengadakan dzikir di dalamnya. Bangunan kubah ini berbentuk persegi empat dengan panjangnya 7 meter. Berdiri diatas empat pondasi kokoh di sudutnya.
Al-Ka’as is an ablution that was built by the Ayoubi Sultan Al-Adel Abu Bakr bin Ayoub in 589 AH/1193 AC. It is a circular basin with a fountain in the middle which is surrounded by an ornamented iron fence encircled by stone stools.
Masjid Al-Aqsha Al-Qadim: Biasa disebut Masjid Al-Qadim. Merupakan bangunan kuno tepat di sebelah selatan Masjid al-Aqsha dan di bawah Masjid Al-Qibli. Masjid ini dibangun pada masa Umawiyah, terdiri dari dua ruwak (lorong). Lorong ini mengarah ke pintu Al-Muzdawij, pintu di selatan Masjid al-Aqsha yang sudah ditutup. Dari pintu Al-Muzdawij ini bisa langsung ke istana Umawiyah di selatan masjid.
Mushalla Al-Marwani: Berada di sebelah tenggara Masjid al-Aqsha. Dibangun pada masa Umawiyah dengan tujuan agar halaman sisi selatan dan utara Masjid al-Aqsha sama rata. Oleh karenanya, dulu bangunan ini dikenal dengan nama “Taswiyah Syarqiyah” (Pemerataan Tanah Bagian Timur). Bangunan besar ini mempunyai luas lebih dari 4000 m². Mushalla ini terdiri dari 16 ruwak (lorong). Ini merupakan tempat shalat beratap terbesar yang ada di Masjid al-Aqsha.
Ini adalah satu-satunya baikah yang berada di sisi timur dari kubah ash-Shakhrah. Didirikan pada masa Bani Umayyah dan dibangun kembali pada masa Abbasiyah, tepatnya pada abad ke-10 masehi. Baikah ini terkenal karena yang paling besar diantara baikah lainnya. Mempunyai dua tiang besar disisi kanan kirinya dan empat tiang di tengah-tengah berbentuk tabung silinder. Tingginya mencapai 6,5 meter.
Berada di sisi barat laut pelataran kubah ash-Shakhrah. Didirikan pada masa Mameluk tahun 778 H./1376 M. Terdiri dari 2 tiang utama di sisi kanan kirinya dan tiga tiang berbentuk tabung silinder di tengahnya dengan 4 lengkung. Tinggi baikah mencapai 7 meter.
Berada di tengah sisi utara dari pelataran kubah ash-shakhrah. Didirikan pada masa Mameluk tahun 721 H./1321 M. Tingginya mencapai 7,5 meter. Terdiri dari dua tiang besar sebagai penyangga utama di sisi kanan kirinya dan dua tiang kecil berbentuk tabung silinder di tengahnya.
Berada di sisi timur laut dari pelataran kubah ash-Shakhrah. Didirikan pada masa Mameluk tahun 726 H./1325 M. ketika Al-Malik Muhammad bin Qalawun Ash-Shalihi berkuasa. Sejarah pembangunan baikah tertulis di papan nama pada baikah ini. Terdiri dari dua tiang besar sebagai penyangga utama di kedua sisinya dan dua tiang kecil berbentuk tabung silinder di tengahnya. Tingginya mencapai 7 meter. Jumlah lengkungannya ada tiga.
ash-Shakhrah. Didirikan pada tahun 340 H./951 M. Terdiri dari dua tiang utama di sisi kanan kirinya dan tiga tiang berbentuk tabung silinder di tengahnya. Terdapat sejumlah anak tangga untuk menuju baikah ini, sekitar 24 anak tangga.
Masjid ini dibina oleh Salahuddin Al-Ayyubi pada tahun 590 H bersamaan tahun 1193 M. Terletak di bahagian barat daya Masjid Al-Aqsa dan berhampiran dengan Pintu Al-Magharibah. Masjid ini adalah masjid lama yang digunakan sebagai ruang solat pengikut Mazhab Maliki. Hari ini kawasan tersebut digunakan sebagai dewan muzium pameran Islam.
Masjid An-Nisa’: Berada di dalam Masjid al-Aqsha. Merupakan bangunan besar di sisi barat Masjid Al-Qibli, terbentang hingga dinding barat Masjid al-Aqsha. Ada yang mengatakan, dibangun pada masa tentara salib menguasai Masjid al-Aqsha untuk dijadikan gereja di dalam masjid. Kemudian datang Shalahuddin dan membersihkan tempat tersebut serta menjadikannya tempat shalat untuk perempuan.
Berada di tengah sisi selatan pelataran kubah ash-Shakhrah. Dibangun pada masa Bani Umayyah dan beberapa kali direnovasi pada masa Abbasiyah, Fathimiyah dan Utsmaniyah. Renovasi terakhir oleh Urusan Wakaf Islam pada tahun 1402 H./1982 M. Terdiri dari tiga tiang berbentuk tabung silinder di tengahnya dan diapit oleh dua tiang besar di sisi kanan kirinya.
Tembok Al-Buraq terletak di dinding Barat Masjid al-Aqsha dan ianya merupakan sebahagian daripadanya. Dinding ini adalah hak milik Islam. Ianya dipanggil dengan nama tersebut kerana ini adalah kawasan Rasulullah mengikat haiwan Buraq semasa perjalanan baginda dalam peristiwa Isra’ ke Masjid al-Aqsha.